Lhoksukon – Luas lahan persawahan warga di Kecamatan Matang Kuli, Aceh Utara, tenggelam akibat banjir. Akibatnya, para petani padi menghadapi ancaman gagal panen.
Keuchik Gampong Meunye Pirak, Zainal Abidin, menyatakan bahwa para petani sekarang hanya bisa menunggu sekitar 20 hari lagi sebelum masa panen tiba. Namun, saat ini mereka hanya bisa menerima keadaan sawah yang tergenang.
Banjir yang disebabkan oleh meluapnya air Krueng (Sungai) Keurutoe telah membanjiri sawah sejak Senin (9/10). Seluruh area persawahan di desa tersebut sekarang tenggelam dan para petani dipastikan akan mengalami gagal panen.
Zainal Abidin menambahkan bahwa modal yang dikeluarkan untuk menanam padi mencapai Rp 10 juta per hektare. Jika tidak ada banjir, Zainal bisa menghasilkan sekitar Rp 30 juta dengan harga jual padi Rp 6.500 per kilogram.
“Semua penduduk di sini bekerja sebagai petani. Kami berharap pemerintah dapat memberikan bantuan kepada petani yang tanamannya terendam banjir dan gagal panen. Selain itu, pemerintah juga harus segera melakukan normalisasi sungai karena sejak 2021 kami sudah mengalami empat kali gagal panen akibat banjir,” ujarnya.
Mengenai pengajuan normalisasi sungai, Zainal mengatakan bahwa mereka telah beberapa kali mengajukan proposal kepada pemerintah dan membahas hal tersebut dalam Musrembang tingkat kecamatan. Namun, hingga saat ini, hal itu belum terealisasi dengan alasan merupakan tanggung jawab balai sungai.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Aceh Utara dari tanggal 6 hingga 10 Oktober 2023, area persawahan di empat kecamatan tergenang banjir dan mengancam gagal panen. Keempat kecamatan tersebut adalah Matangkuli, dengan area persawahan yang tergenang banjir seluas 372 hektare tersebar di 18 desa.
Di Kecamatan Samudera, ada 45 hektare area persawahan yang tersebar di dua Gampong, yaitu Tanjong Masjid dengan luas 33 hektare, namun hanya satu hektare yang terendam banjir. Di Tanjong Awe terdapat 15 hektare persawahan, dengan dua hektare terendam banjir dan tiga hektare lagi dalam tahap persemaian.
Selanjutnya, di Kecamatan Sawang, ada 130 hektare area persawahan di tiga Gampong, dengan Gampong Paya Rabo Timu terendam dua hektare, Paya Rabo Lhok terendam empat hektare, dan Babah Krueng terendam lima hektare. Di Kecamatan Kuta Makmur, persawahan terendam banjir mencakup dua gampong dengan luas area 206 hektare.
Gampong Krueng Seupeng memiliki luas lahan 128 hektare dan terendam banjir 29 hektare, sementara Gampong Kulam memiliki luas lahan 78 hektare dengan 39 hektare terendam banjir.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Aceh Utara, Erwandi, menyatakan bahwa dari empat kecamatan tersebut, luas area persawahan mencapai 756 hektare. Sementara itu, persawahan yang terendam banjir selama masa tanam mencapai 425 hektare, dan tiga hektare lagi dalam tahap persemaian. “Kerugian belum bisa dihitung karena harus diketahui dulu berapa yang gagal panen,” kata Erwandi.