Banda Aceh – Pengusaha lokal, Zulkarnain, yang mengelola budidaya udang vaname di Desa Ujung Tanah, Kecamatan Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), telah memulai langkah untuk mengembangkan pasar domestik dan global untuk komoditas unggulannya, udang vaname (Litopenaeus Vannamei).
Dalam kesempatan ini, Zulkarnain menyampaikan kegembiraannya, “Alhamdulillah, dengan adanya usaha budidaya udang vaname yang saya kembangkan ini, sudah terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat.”
Zulkarnain menjelaskan bahwa dia mengelola 12 kolam budidaya udang vaname dengan sistem terpal di pesisir pantai Desa Ujung Tanah, Lembah Sabil. Kolam-kolam ini telah mempekerjakan sekitar 50 warga lokal, termasuk perempuan dan laki-laki.
Setiap kali panen, mereka mampu memasarkan udang tersebut dalam jumlah mencapai 8-10 ton, memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam dan luar negeri. Untuk pasar internasional, udang tersebut diekspor melalui Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara.
“Hari ini kita berhasil memanen dua kolam dengan hasil sekitar 9 ton. Pekan depan kita akan melanjutkan proses panen hingga mencapai total 12 kolam,” tambahnya.
Dia juga menegaskan bahwa kolam-kolam budidaya udang vaname ini, yang menggunakan sistem terpal, memiliki luas rata-rata 40 × 35 meter. Setiap kali panen, mereka mampu menghasilkan sekitar 4,5 ton udang per satu kolam. Udang ini dijual dengan harga Rp7 ribu per kilogram di pasar lokal.
“Saya selalu berusaha untuk membuka usaha yang dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. Insya Allah, ke depannya, kita akan terus berkembang untuk menampung lebih banyak tenaga kerja,” ujar Zulkarnain dengan optimisme.
Sementara itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Abdya mencatat bahwa potensi lahan untuk budidaya ikan air payau di daerah tersebut mencapai 783 hektare. Sedangkan potensi budidaya ikan air tawar (kolam) mencapai 1.746 hektare di sembilan kecamatan.
Sebelumnya, Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (KIPM) Ace mencatat bahwa hingga 21 September 2023, sebanyak 200 ton hasil perikanan Aceh telah diekspor ke negara Asia hingga Amerika.
Menurut Kepala Balai KIPM Aceh, Dicky Agung Setiawan, “Hingga 21 September 2023, Aceh sudah mengekspor 200 ton hasil perikanan, dengan 179,5 ton berupa ikan beku dan 20,8 ton dalam kondisi hidup.”
Angka ekspor tahun 2023 ini mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Pada tahun 2021, ekspor hanya mencapai 66 ton, kemudian pada tahun 2022 hingga akhir Desember mencapai lebih dari 281 ton.
Dicky juga menyampaikan bahwa hasil perikanan yang diekspor didominasi oleh ikan tuna beku dan gurita, serta terdapat pula ekspor komoditas hidup seperti kepiting, benih kerapu, dan lainnya.
“Kemungkinan angka ekspor hasil perikanan Aceh tahun ini meningkat, karena hingga September 2023 ini sudah mencapai 200 ton,” tambahnya dengan optimisme.