Banda Aceh – Hingga 21 September 2023, Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (Balai KIPM) Aceh telah mengirimkan sekitar 200 ton hasil perikanan dari Aceh ke berbagai negara di Asia hingga Amerika.
Kepala Balai KIPM Aceh, Dicky Agung Setiawan, menyatakan bahwa dari jumlah tersebut, 179,5 ton adalah ikan non hidup (beku), sementara 20,8 ton adalah ikan hidup. Ini merupakan peningkatan signifikan dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Pada tahun 2021, ekspor hanya mencapai 66 ton, sementara pada 2022, jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 281 ton hingga akhir Desember.
Dicky juga menjelaskan bahwa hasil perikanan yang diekspor didominasi oleh ikan tuna beku dan gurita. Selain itu, juga terdapat ekspor komoditas hidup seperti kepiting, benih kerapu, dan lain sebagainya.
“Diperkirakan angka ekspor hasil perikanan Aceh tahun ini akan terus meningkat, mengingat hingga September 2023 sudah mencapai 200 ton,” ujarnya.
Dari total 200 ton yang telah diekspor tahun ini, tujuannya meliputi Jepang, Malaysia, Amerika, China, Singapura, Uni Emirat Arab, dan Thailand, dengan total frekuensi pengiriman sebanyak 86 kali.
Lebih lanjut, untuk 179,5 ton ikan non hidup yang diekspor, termasuk kepiting seberat 2,8 ton, ikan kerapu 7 ton, tuna 24,6 ton, cakalang 50 ton, mackerel scad 7,3 ton, gurita 29,7 ton, dan komoditas lainnya 57,8 ton.
“Sedangkan untuk 20,8 ton ikan hidup, termasuk kepiting seberat 880 kg, benih kerapu 15 ton, dan komoditas lainnya 4,9 ton,” tambahnya.
Dicky juga menginformasikan bahwa sebagian besar hasil perikanan diekspor melalui pelabuhan Belawan di Sumatera Utara, sementara jenis Tuna juga ada yang dikirim melalui pelabuhan Kuala Langsa di Aceh, dan ada juga pengiriman dalam jumlah kecil melalui bandara SIM Blang Bintang.
Ia menekankan bahwa ikan tuna dan gurita adalah hasil perikanan Aceh yang memiliki potensi besar untuk diekspor, terutama ke negara-negara di Asean dan Asia secara keseluruhan.
Dicky menjelaskan bahwa tugas mereka adalah memverifikasi komoditi perikanan untuk memastikan mutu dan pengawasan yang ketat, sehingga produk yang dikirim dari Aceh memenuhi standar konsumsi yang aman dan tidak mengandung bahan berbahaya atau beracun.