Menu

Mode Gelap
Pentingnya Dukungan Teknologi untuk Meningkatkan Efektivitas Penggunaan Rempah di Aceh Menurut Kemenko PMK Dokter Pur Menginginkan Agar Program JKA Tetap Berjalan Tanpa Henti Demi Kebaikan Masyarakat Aceh Simeulue Memimpin Produksi Cengkeh untuk Mendukung Tema PKA KE-8 Wali Kota Lhokseumawe Mendorong BUMN dan Bank untuk Meningkatkan Kontribusi Mereka dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani Sekretaris Daerah Memimpin Pertemuan Persiapan PKA di Anjungan Aceh Besar

PERTANIAN · 13 Sep 2023 10:00 WIB ·

40 Persen Lahan Pertanian di Aceh Masih Tidak Siap untuk Penanaman.


 Pengamat dan praktisi pertanian Aceh, Muslahuddin Daud. Foto: net. Perbesar

Pengamat dan praktisi pertanian Aceh, Muslahuddin Daud. Foto: net.

BANDA ACEH – Pengamat dan Praktisi Pertanian Aceh, Muslahuddin Daud, mengungkapkan bahwa sekitar 40 persen lahan sawah di Aceh masih belum dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan irigasi teknis, masih mengandalkan sistem tadah hujan. Hal ini berdampak negatif pada produksi padi di wilayah tersebut saat musim kemarau tiba.

Muslahuddin menjelaskan bahwa musim kemarau yang berkepanjangan mengurangi ketersediaan air, sehingga air menjadi kurang cukup untuk mengairi sistem irigasi dan berdampak pada hasil panen padi di Aceh.

Masalah tidak hanya berhenti pada ketersediaan air yang terbatas di sumber-sumber air utama, tetapi juga pada saluran irigasi sekunder dan tersier. Meskipun parit-parit tersebut telah dibangun dengan baik, masih ada masalah dalam mengalirkan air dengan efisien ke lahan pertanian masyarakat.

Muslahuddin menyoroti bahwa meskipun ada lahan yang dapat ditanami dengan debit air yang cukup, persentase tanamannya masih sangat rendah, hanya sekitar 1,6 hingga 1,7 persen dari total luas tanah pertanian di Aceh, yang kira-kira mencapai 310 ribu hektar. Ini menunjukkan bahwa Aceh masih jauh dari mencapai indeks penanaman yang optimal.

Dia mengusulkan solusi untuk masalah ini adalah menyediakan sistem pompanisasi di setiap Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di tingkat kecamatan. Hal ini penting karena ada daerah yang harus mengandalkan pompanisasi untuk mengalirkan air dari sungai ke lahan pertanian, bahkan jika sumber airnya dekat.

Selain itu, ia menekankan pentingnya kerjasama antara berbagai pihak, termasuk Dinas Pengairan, untuk memastikan saluran irigasi sekunder dan tersier berfungsi dengan baik dan air dapat dialirkan secara efisien.

Muslahuddin juga mengingatkan bahwa penyuluh pertanian harus berhubungan dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mendapatkan informasi cuaca yang sangat diperlukan dalam menentukan waktu penanaman yang tepat.

Ia juga menyoroti perlunya mengukur dan mempersiapkan mesin-mesin pertanian dengan baik di lapangan serta penyediaan pompa air di wilayah yang berpotensi mengalami kekurangan air, dengan mengantisipasi masalah ini sejak dini agar tidak mengakibatkan gagal panen.

Terakhir, Muslahuddin menekankan bahwa kendali dan koordinasi dari tingkat atas, termasuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), sangat penting, dan anggaran harus disiapkan secara tepat waktu untuk proyek pompanisasi dan antisipasi masalah yang mungkin timbul dalam produksi pangan di Aceh.

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pentingnya Dukungan Teknologi untuk Meningkatkan Efektivitas Penggunaan Rempah di Aceh Menurut Kemenko PMK

7 November 2023 - 10:00 WIB

Wali Kota Lhokseumawe Mendorong BUMN dan Bank untuk Meningkatkan Kontribusi Mereka dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani

4 November 2023 - 13:00 WIB

Pertambangan Emas di Aceh Tengah Berdampak pada Aceh Utara dan Timur

31 October 2023 - 10:00 WIB

Ketakutan Menyelimuti Puluhan Pengusaha Pengolahan Padi di Deliserdang

29 October 2023 - 15:00 WIB

Strategi Inovatif Pemanfaatan Limbah Pertanian untuk Meningkatkan Kualitas Udara

27 October 2023 - 10:00 WIB

Strategi Dua Pendekatan Diterapkan oleh Distan Aceh Besar untuk Mengatasi Dampak Perubahan Iklim

25 October 2023 - 10:00 WIB

Trending di PERTANIAN