Lhoksukon – Kisah sukses Teungku Rasyidin dalam budidaya melon di Gampong Alue Keureunyai mencuri perhatian. Awalnya, pada tahun 2019, lahan melonnya hanya seluas 5.000 meter persegi, namun sekarang telah berkembang menjadi 4 hektare yang menghidupi 20 pekerja setempat.
Menariknya, perjalanan Teungku Rasyidin dalam dunia pertanian dimulai setelah dia terinspirasi oleh Tgk Amran, seorang petani melon pionir di Gampong Alue Keureunyai.
Setelah belajar dari Amran, Rasyidin menginvestasikan uang pribadinya untuk membeli lahan dan peralatan pertanian dengan modal awal sekitar Rp6 juta per hektar.
Keberhasilan usaha budidaya melonnya telah membawanya membeli lebih banyak lahan, mencapai total empat hektare. Selain melon, dia juga menanam bawang, kacang tanah, dan semangka di 2 hektare tambahan.
Hasil panen melonnya, termasuk berbagai jenis seperti Gracia, Alina, Golden Alisha, dan Pratiwi, telah mencapai 500 ton per tahun dan dijual ke berbagai kota, termasuk Batam, Pekan Baru, Sumatera Utara, dan Banda Aceh.
Dengan omzet diperkirakan mencapai Rp1,5 miliar per tahun, Teungku Rasyidin terus mengembangkan usahanya.
Meski telah menjadi kepala desa sejak Maret 2022, Rasyidin masih aktif mengelola kebun melonnya. Ia mengelola langsung setengah hektare lahan sementara sisanya dikelola oleh masyarakat setempat yang dia bina.
Budidaya melon juga telah membawa manfaat sosial dengan Rasyidin membentuk kelompok pertanian di desanya dengan nama “Budidaya Beusarena”. Selain melon, kelompok ini juga menanam kacang tanah, semangka, dan bawang di lahan seluas 2 hektare.
Pekerja di kebun tersebut mendapatkan upah sebesar Rp15 juta per dua bulan, menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.