Aceh – Dalam periode Januari hingga Agustus 2023, Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh mencatat bahwa produksi padi di Aceh mencapai 975.768 ton, yang masih 60 persen dari target produksi tahun 2023 sebesar 1.731.630 ton dengan luas sawah di Aceh mencapai 213.996 hektar.
Kabid Produksi Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh, Syafrizal, menyatakan bahwa angka ini masih sementara dan akan diumumkan sebagai final pada Januari-Februari 2024.
Ia juga mencatat bahwa Aceh Utara adalah penyumbang terbesar dengan produksi padi sebesar 186 ribu ton dari lahan seluas 38.417 ribu hektar. Kabupaten Pidie menyumbang 146 ribu ton dari lahan 24.784 hektar, sementara Aceh Besar menyumbang 119.567 ribu ton dengan luas lahan sawah mencapai 25.682 ribu hektar.
Namun, Syafrizal mengingatkan bahwa produksi padi tahun ini dapat terpengaruh jika ada masalah seperti gagal panen atau masalah dengan irigasi dan pasokan air.
Selain ketiga kabupaten tersebut, masih ada beberapa kabupaten/kota lainnya di Aceh yang juga berkontribusi dalam produksi padi, kecuali Kota Sabang. Syafrizal menjelaskan bahwa Aceh memiliki dua zona musim tanam, yaitu musim tanam rendeng pada Oktober – Maret dan musim tanam gadu pada April – September. Namun, zona musim tanam ini tidak berpengaruh pada daerah-daerah di Aceh yang memiliki pasokan air yang cukup sepanjang tahun dan dapat melakukan tanam padi tiga kali dalam setahun.
Meskipun demikian, beberapa daerah di Aceh sering mengalami gagal panen akibat banjir dan masalah pada saluran irigasi. Hal ini berdampak pada produksi padi atau gabah yang berkurang.
Untuk meningkatkan produksi, Syafrizal menyarankan petani untuk memilih benih bersertifikat dan merawat tanaman sesuai dengan standar, sehingga dapat menghasilkan gabah berkualitas tinggi yang memiliki nilai jual tinggi.
Saat ini, harga padi atau Gabah Kering Panen (GKP) di Aceh berada di kisaran harga Rp6.526 ribu per kilogram, sedangkan Gabah Kering Giling (GKG) tertinggi berkisar antara Rp7 ribu per kilogram. Harga ini dapat naik saat persediaan padi berkurang sementara turun menjadi sekitar Rp5 ribu hingga Rp5.500 ketika stoknya berlimpah.
Untuk itu, kerjasama lintas sektor, termasuk Dinas Pengairan Aceh, penting untuk menjaga ketersediaan air bagi petani di Aceh, terutama di tengah ancaman cuaca El Nino yang dapat menyebabkan kekeringan dan curah hujan yang rendah. Dengan aliran air yang lancar, produksi padi dapat maksimal.